Translate

Minggu, 16 Februari 2014

The Beaches.. #latepost

Travelling is always fun! Last year, I got chance to travel around Banyuwangi and Lombok Island. At that time, I visit some beautiful beach. Here they are :

1. Green Bay, Banyuwangi
It is the most beautiful beach I have ever visited. The sea are green, the wave is not so strong, and the coral is beautiful. Actually, I got an accident there, fail snorkling (?). Hahaha. I am still okay though. Ah~ I will tell you one thing. We have to pay some effort to go there. The road is rough and not good at all, I advise you to ride big car, panther at least. But, your car have to park onto Rajegwesi Beach. After that you have to walk for an hour or so to reach the beach. Here are the photos :)

 The first scenery we will see when arrive at the beach. Beautiful right? :)










The water is greeenn.. that is the reason why its name is Green Bay

 I met some kind fishermen there. They taught me snorkling. But I am not a good student. Sorry Sir.
 

2. Red Island Beach. Pantai Pulau Merah
Near this beach there is a small island named Pulau Merah (Red Island). We can visit the island  by melewati batu batu karang yang tersusun rapi di sebelah selatan pantai (It is hard to translate). The beach is also facilitated by several inn owned some local residents. Waves at this beach is good for surfing.





3. Gili Trawangan, Lombok Island







Gili Trawangan is cooolll!! I want to go there again someday.. XD

Sabtu, 09 November 2013

Solution for The Poor

Berdasarkan data statistik, tren kemiskinan Indonesia secara rata-rata mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Tapi entah mengapa, saya merasa tren kemajuan tersebut masih perlu dimasalahkan. Pasalnya, selama empat tahun saya berkelana Surabaya, Jombang, Malang, Tulungagung dan kota kota di Jawa Timur lain, wajah wajah pengamen dan pengemis yang saya temui masih eksis dan bahkan bertambah. How come?

Pada awalnya, saya melirik pokok kesalahan pada pemerintah. Bagaimana bisa program pemberdayaan pemerintah tidak menyentuh sektor ini? Setelah dipikir pikir lagi, masalah si miskin ini juga melibatkan masalah mental. Banyak pengemis dan pengamen yang saya temui tampaknya memang tidak memiliki hasrat untuk memiliki pekerjaan yang lebih baik. Entah memang karena putus asa atau memang karena telah merasa nyaman dengan penghasilannya saat ini. Sekilas saya pernah mendengar seorang pengemis berkata bahwa saat sepi dia masih mendapat setidaknya enam puluh ribu rupiah sehari. Jumlah yang terlihat 'wow' bagi saya, mengingat ibu dan ayah saya yang seorang pedagang pernah tidak mendapat uang sama sekali saat berjualan. Dengan skill seadanya, pendidikan seadanya, modal seadanya, tampaknya menjadi pengemis dan pengamen dapat menjadi pekerjaan yang menjanjikan. Dan sayangnya, tak peduli berapa pun yang mereka punya, mereka tidak memiliki keinginan kuat untuk menyekolahkan anaknya. Anak pengemis dan pengamen tidak punya pilihan lain selain menjadi pengemis dan pengamen.

Selain pengemis dan pengamen, ada satu pekerjaan lagi yang menurut saya menjanjikan tanpa perlu kerja keras banyak. Tukang parkir. Pekerjaan satu ini tampaknya sedang tren akhir akhir ini. Hanya perlu duduk, ngopi, merokok, uang akan datang dengan sendirinya. Memang, tidak semua tukang parkir mendapatkan uangnya secara 'magabut', ada banyak tukang parkir yang benar benar bekerja menata kendaraan sedemikian rupa sehingga terlihat rapi. Yang perlu mendapat sorotan adalah tukang parkir yang sebaliknya. Saya sering menemui tukang parkir macam ini terutama di depan Alfamart Indomaret. Datang hanya saat kendaraan akan keluar. Sebal sekali rasanya. Sering saya merutuk, 'dasar kerjaan gak faedah'. Tidak hanya saya, ternyata teman-teman saya juga merasakan hal sama. Saya rasa tukang parkir jenis ini memang perlu ditertibkan. Pemerintah kota atau kabupaten memiliki andil besar dalam hal ini. Mereka dapat merancang bagaimana menyentralisasi tempat parkir, menertibkan para tukang parkir nakal dan membuat warga kota atau kabupaten tidak merasa terzalimi.

Satu hal yang sama dari dua pekerjaan (atau tiga, karena saya cenderung menganggap pengamen dan pengemis adalah satu pekerjaan yang sama) yang saya sebutkan diatas. Yaitu mereka semua bergantung pada pemberian banyak orang. Dari cerita 'enam puluh ribu rupiah kalau sepi' saya menangkap kalau jiwa sosial masyarakat Indonesia sangatlah tinggi. Memberi tidaklah salah. Ada hadist yang menyatakan bahwa tangan diatas lebih utama daripada tangan di bawah. Zakat, infaq dan shadaqah merupakan amal sarana membersihkan harta kita. Hanya saja, perlu kita sadari bahwa kita perlu memberi dengan kualitas (mengutip kosakata dalam novel Episentrum karangan Adenita), bukan hanya sekedar memberi. Mengapa? karena jika melihat realita, bisa jadi kita salah memberi. Tidak membantu orang lain, tetapi malah membiarkan dia masuk dalam lingkaran ketergantungan dan kemalasan. Selain itu, seperti yang saya ungkapkan sebelumnya, jarang sekali pengemis dan pengamen yang melek pendidikan, sehingga jika 'memelihara' mereka, kita hanya akan menambah jumlah pengemis dan pengamen baru. Ditambah lagi, pendapatan mereka most likely lebih tinggi daripada orang-orang yang mengusahakan pekerjaan yang lebih baik, semisal pedagang kecil. Menurut saya, it is a lil bit unfair for them. Bisa jadi saat bangkrut mereka lebih memilih menjadi pengemis, pengamen dan yang lain daripada menghidupkan usahanya kembali.

Kembali ke konsep 'memberi dengan kualitas', bagaimanakah caranya? Jika kita sadar, sebenarnya ada banyak cara menebar sedekah. Yang pertama adalah dengan bersikap 'aware' atau peka dengan lingkungan sekitar. Adakah saudara kita yang kesulitan? Adakah teman kita yang sedang susah? Adakah kolega kita yang sedang butuh bantuan? Jika kita sanggup membantu dengan dana kita, bantulah. Jika tidak bisa, mungkin kita bisa mengusahakan dengan membantu berusaha. Kedua, ikutlah atau bentuklah kegiatan kegiatan sosial, seperti abdi desa, guru sukarelawan, donatur dan lain lain. Jika tidak punya waktu, anda bisa menyalurkan dana anda ke dalam lembaga lembaga amil zakat, infaq dan shadaqah. Menurut saya, cara terakhir adalah yang paling mudah, karena rata-rata lembaga amil tidak menentukan batas minimal untuk sedekah. Melalui ketiga cara diatas, uang kita akan tersalurkan secara efektif, membantu mengurangi kemiskinan dan peminta minta, dan membantu negara menyejahterakan rakyatnya. Untuk tukang parkir nakal, saya rasa, cara paling efektif adalah melalui campur tangan pemerintah. Menjadikan tukang parkir pegawai pemerintah dan memungut retribusi parkir secara terpusat. 

Karena hidup akan lebih indah jika berbagi.. :)

Kamis, 17 Oktober 2013

Beautiful Beach. :)

Dari dulu saya sangat menyukai pemandangan pantai. Laut biru, ujung laut yang entah dimana, entah mengapa membuat saya puas, bersyukur dan tenang. Subhanallah. Selama masa kuliah, saya telah mengunjungi beberapa pantai di Indonesia. Jawa Timur, terutama. Yuk lihat betapa indahnya. 

  1. Pantai Parangtritis, Yogyakarta
Ini dia pantai pertama saya di luar Jawa Timur. Cukup terkenal. Saya sendiri sudah dua kali ke sana. Pantai satu ini bagus kalau sepi dan cukup cakep buat lihat sunset. Sayangnya, banyak sampah berserakan di sana. Dan jika masuk musim ombak besar, kita cuma bisa melihat laut dari kejauhan. Takut keseret soalnya. *ini mah gue.

-ini pas rame-

-ini pas sepi dan sedang sunset-

2. Pantai Delegan, Gresik

Kunjungan ke pantai ini merupakan kunjungan pantai kedua saya semasa kuliah. Terletak di Sedayu, Gresik dan ternyata lumayan dekat dengan rumah nenek terkasih saya. Sayang sekali tahu saya baru ada setelah nenek saya meninggal. It means saya akan jarang sekali mudik ke sana lagi. Karena terletak di utara Pulau Jawa, pantai ini sangat tenang dan sangat panas. Bikin krik krik kalau kelamaan di sana. Cukup bersih dan rapi kalau menurut saya. 



3. Pantai Camplong, Sampang, Madura

Saat saya KKN di Sampang, saya masih belum berkesempatan mengunjungi pantai ini. Saat datang ke pesta walimahan kakak kelas saya di Sumenep pun, saya masih belum sempat menginjakkan kaki ke pantai ini. Nah, baru pada saat pelatihan keuangan, saya berkesempatan pergi. Jika dilihat dari jauh, air lautnya bisa berdegradasi bagus sekaliii.. Dari dekat, ya biru, biru muda. Lautnya dangkal, jadi tidak perlu takut kalau main air. Hanya saja, lokasi pantai yang sangan kunjungi sangat sepi. Jadi agak krik krik kalau main air. hahaha. Bagus banget lo padahal. :)




4. Pantai Pasir Panjang, alias Ngliyep, Malang Selatan.

Entah bagaimana Google masih belum menemukan nama asli dari pantai ini. Papan nama di pintu masuk wisata ini bertuliskan Pantai Pasir Panjang. Namun, ternyata google pun masih menggunakan nama Pantai Ngliyep untuk pantai ini. Okelah. Memang, pantai ini lebih dikenal masyarakat dengan nama Pantai Ngliyep, sesuai dengan nama desanya (atau bahkan kecamatannya). :p

Pantai terbagus kedua setelah Papuma menurut saya. Saat kemari, ombak di pantai ini sangaaaaat besar, jadi saya hanya berani bermain sekitar satu dua meter dari bibir pantai. Lautnya biru, yang tepi cenderung hijau. Cocok untuk berjemur. Saat saya berkunjung ada beberapa bule yang menikmati pantai dengan hanya tiduran dan membaca buku. O.o? Pantai ini masih bersiih. Saya mengusulkan anda untuk terus berjalan ke ujung pantai yang sepi agar bisa lebih menikmati pantai secara privat. :)






5. Pantai Papuma, Jember
Saya sangat kerasan berada di pantai ini. Tidak terlalu panas, dekat dengan kerumunan pohon-pohon. Warna lautnyaaa itu lho yang membuat saya terkesan sekali. Biru muda bro. Dengan ombak yang tidak main-main, ciri khas dari pantai selatan, membuat suasana jadi agak dramatis. Batu-batu besar di pinggir pantai, membuat kesan agak berbeda. Sayang, kamera yang ada waktu itu masih kurang bisa mengekpos kesan yang saya tangkap untuk pantai ini. :(




6. Pantai Prigi, Trenggalek Tulungagung
Pantai ini penuh kenangan. Kenangan saya dengan LPPM Sektor FEB UA. Karena datang beramai-ramai, pantai ini jadi berasa seru. Pasirnya tidak seputih Papuma, Delegan, atau bahkan Ngliyep. Banyak kapal kayu nelayan membuat suasana terasa berbeda. Di sana kita juga dihadapkan dengan pemandangan bukitdi tengah laut yang cukup worth it. Sayangnya saat itu saya tidak dapat merasakan indahnya sunset karena tertutup pohon dan bukit. Maybe sunrise would yield better result. :)

-with my amazing teammates in the beginning of 2011-



Minggu, 13 Oktober 2013

Romantisme, Sebuah Ancaman?

Romantisme oleh kebanyakan orang lebih dipahami sebagai bagian dari cinta. Sedangkan para seniman mengartikan aliran romantisme sebagai aliran yang bertemakan tragedi yg luas atau kejadian yang dinamis. Aliran ini berusaha membangkitkan kenangan romantis dan keindahan di setiap objeknya. Aliran ini lebih menekankan pada bagian emosional dari tingkah laku dan sifat manusia daripada sifat yang rasional, lebih mengutamakan kepercayaan dan intuisi, bukan kecerdasan. Sedangkan dalam sejarah filafat, romantisme mengacu pada aliran yang melawan era reinassance Eropa, dimana aliran Reinasance merupakan gerakan yang ingin merasionalkan dan mendisiplinasi berbagai aspek kehidupan sehingga masyarakat Eropa kemudian menjadi masyarakat industri teknologi yang modern. 

Romantisme menolak modernisasi karena menganggap hal tersebut sebagai pembusukan. Aliran romantis ingin masyarakat kembali pada nilai-nilai tradisi dan otoritas. Salah satu tokoh aliran ini adalah J.J Rosseau dan Adam Muller. Sedangkan menurut Harun Yahya, dalam bukunya yang berjudul Ancaman Dibalik Romantisme mengemukakan jika romantisme merupakan paham yang berpusat kepada sentimentalisme yaitu lebih mengutamakan sisi emosi daripada akal sehat. Menurutnya, hal ini akan mempengaruhi manusia dalam memahami keesaan Penciptanya. Sentimentalitas merupakan rasa cinta yang berlebihan. Sentimentalitas yang berlebihan dapat membuat manusia jauh dari Allah karena sudah tidak bisa menggunakan logika, yang diutamakan adalah emosi. 

Romantisme membuat hati manusia lemah dan dapat membawa manusia ke arah kemusyrikan (menduakan Allah). Allah S.W.T berfirman dalam Alquran surat Al-Mumtahanah ayat 1 yang berbunyi : 'Wahai orang-orang Yang beriman! janganlah kamu mengambil musuhKu dan musuh kamu menjadi teman rapat, Dengan cara kamu sampaikan kepada mereka (berita-berita rahsia orang-orang mukmin) Dengan sebab hubungan baik dan kasih mesra Yang ada di antara kamu Dengan mereka, sedang mereka telah kufur ingkar terhadap kebenaran (Islam) Yang sampai kepada kamu; mereka pula telah mengeluarkan Rasulullah (s.a.w) dan juga mengeluarkan kamu (dari tanah suci Makkah) disebabkan kamu beriman kepada Allah Tuhan kamu. (janganlah kamu berbuat demikian) jika betul kamu keluar untuk berjihad pada jalanKu dan untuk mencari keredaanKu. (tidak ada sebarang faedahnya) kamu mengadakan hubungan kasih mesra Dengan mereka secara rahasia, sedang Aku amat mengetahui akan apa Yang kamu rahasiakan dan apa Yang kamu zahirkan. dan (ingatlah), sesiapa di antara kamu Yang melakukan perkara Yang demikian, maka Sesungguhnya telah sesatlah ia dari jalan yang benar.' Menurut para ulama turunnya ayat tersebut berkaitan dengan tindakan yang dilakukan seorang sahabat bernama Hathib bin Abi Baltha 'ah yang memberitahukan tentang rencana pembebasan kota Makkah oleh kaum Muslimin. Setelah ditelusuri ternyata dia melakukan hal tersebut karena ingin melindungi keluarganya di Makkah. Allah bahkan mengatakan bahwa ia telah sesat dari jalan yang benar. Yang namanya 'cinta' menurut Harun Yahya harus diberikan kepada yang berhak, yang tidak berhak (seperti materi, tubuh, idol, jabatan dll) tidak perlu dicintai. Namun,yang perlu sangat diingat adalah cinta mutlak hanyalah kepada Allah, bukan yang lain. 

Romantisme justru mengarahkan manusia kembali ke arah kejahiliyahan atau kebodohan, karena memang tindakannya tidak bisa dinalar. Ada beberapa histori yang membuktikan bahaya romantisme. Dari yang paling kecil, semisal mati konyol karena romantisme cinta dua sejoli hingga yang paling besar adalah pembantaian massal karena romantisme negara. Masih dalam AncamanDibalik Romantisme, Harun Yahya mengatakan bahwa di Eropa pada sekitar abad ke 18, romantisme lebih mengarah ke negara atau nasionalisme romantik. Nasionalisme romantik mengacu kepada perasaan nasionalisme yang berlebihan dimana paham ini merupakan akar dari gerakan fasis, yang telah memicu terjadinya Perang Dunia II. Nasionalis Romantis membuat Hitler, Lenin dan Mussolini mengobarkan perang menginjak-nginjak tanah air bangsa lain. Sejarawan Inggris menulis bahwa nasionalisme Jerman memperoleh kekuatan spiritualnya dari takhayul-takhayul mengenai keagungan bangsa mereka berkedok pada teori Darwin. Selain itu, romantisme juga mendistorsi fungsi agama. Mereka dengan romantisme akan menganggap agama sebagai pengalaman emosional sebagai tempat pelarian emosional mereka. Romantisme mengarahkan agama pada tujuan selain mencari ridha Allah. Dengan mengaburkan perbedaan samar mengenai romantisme dengan ikhlas, romantisme mengarahkan agama ke arah mitisme. Dalam sejarah telah ditulis bahwa romantisme agama membawa David Koresh dan lebih dari 80 orang pengikutnya mati sia-sia di Amerika Serikat pada tahun 1993 dan pada tahun 1978, Jim Jones bersama lebih dari 900 orang pengikutnya melakukan upacara bunuh diri. Menurut gagasan romantik, manusia yang melakukan pengorbanan dan penyiksaan diri tanpa berpikir demi agamanya merupakan hal terpuji dan patut dipuji. Allah S.W.T berfirman bahwa Sesungguhnya Allah tidak berbuat zalim kepada manusia sedikitpun melainkan manusia tersebut yang berbuat zalim kepada diri mereka sendiri (QS. Yunus 44).

Sebagai seorang muslim, kita telah diperingatkan oleh Allah beberapa kali dalam Al Quran seperti dalam Surat Al Mumtahanah. Selain keluarga, ada banyak hal dalam dunia ini yang dapat membutakan mata, hati, dan pikiran kita dari cinta yang mutlak, yaitu cinta kepada Allah. Hal-hal tersebut dapat berupa materi, status, idol, relationship, ilmu pengetahuan dan lain-lain. Contoh konkrit yang paling populer dan terlihat nyata akhir-akhir ini adalah romantisme terhadap materi dan idol. Paham hedonisme (menganggap materi adalah akkhir dari segala pencapaian) merajalela dalam bentuk Mal dan fasilitas kredit. Beberapa orang bahkan rela melakukan apapun demi kepuasan materi, berhutang, korup, mencuri dll. Konser Super Junior dihadiri beribu-ribu orang, mereka rela berdiri dan berteriak berjam-jam demi para artis tersebut. Mereka mabuk euforia dan bahkan menangis karena akhirnya bisa melihat pujaan mereka. Bagi orang yang benar-benar menggunakan akal sehatnya, fenomena ini akan tampak sebagai sebuah kebodohan. Yang lebih bodoh lagi jika memutuskan mengakhiri hidup karena kecintaan kepada orang lain. Relationship status membuat semua yang bodoh dan sia-sia jadi terlihat penting. Mereka bahkan tidak menyadari bahwa sikap mereka akan merendahkan diri mereka sendiri di mata orang lain. 

Sentimentalitas romantisme dapat membawa kita mudah terkungkung dalam perasaan pesimistis dan murung, kemarahan dan sifat mudah tersinggung, rasa belas kasih dan terima kasih yang tidak tepat dan perasaan introversi. Dampak romantisme tersebut mengarahkan manusia dalam kegiatan menduakan Allah (musyrik). Allah berfirman dalam Alquran surat AlBaqoroh ayat 165 "Dan setengah dari manusia ada. Yang mengambil yang selain Allah menjadi tandingan-tandingan, yang mereka cintai mereka itu sebagai mencintai Allah. Tetapi orang-orang yang beriman terlebih cintalah mereka akan Allah. Padahal, kalau mengertilah orang-orang yang zalim itu, seketika mereka melihat azab, bahwasanya kekuatan adalah pada Allah, dan bahwasanya Allah adalah sangat pedih siksa­Nya." So, after very long explanation the conclusion is sebagai orangmuslim dan beriman kita harus pintar-pintar memanage apa yang namanya cinta. Jangan sampai cinta kita, selain kepada yang mutlak, membutakan kita dan justru mendorong kita melakukan hal-hal yang tidak diridhai Allah, apalagi jika cinta tersebut membuat kita menduakan Allah. Kita dianugrahi logika dan emosi agar hidup kita seimbang. So, buat yang bermasalah dengan cinta, selamat berjuang memanage dan memaknai cinta yang baik dan benar. :) 

Buat yang mau dunlud e-booknya silahkan di http://id.harunyahya.com/id/books/3105/ANCAMAN_DI_BALIK_ROMANTISISME/chapter/10442

Sabtu, 12 Oktober 2013

Dua Puluh Tiga Episentrum : Perjalanan Mata, Hari dan Hati

Dua Puluh Tiga Episentrum, perjalanan mata, hari dan hati. Judul maupun cover bukunya sangat menarik. Simpel namun kuat memberi kesan. Tak dinyana, materi yang disuguhkan pun bermakna. Fantastis. Saya bahkan berencana memiliki buku ini suatu hari (tidak sekadar pinjam). Jaga jaga jika suatu saati saya kehilangan arah lagi. Hehe.

Buku ini sungguh cocok dibaca oleh para pencari kerja baru lulus seperti saya. Juga untuk para pekerja yang jenuh dengan rutinitasnya atau merasa tidak cocok dengan pekerjaannya. Mencari pekerjaan yang sesuai bukanlah hal yang mudah. Setelah mendapatkan pun mensyukuri juga bukan hal yang mudah. Mbak Adenita ini sangat menekankan terhadap kebahagiaan hati yang jarang bisa dibeli dengan hanya berbekal uang.

Dikisahkan dengan apik mengenai sosok Matari, seorang reporter, yang dahulu kuliah dengan mengandalkan utang. Pekerjaan dilakukan semata mata untuk membayar utang, meski senang, meski cocok tapi kurang bisa merasakan karena terus gelisah mengingat utang. Pernah tergiur dengan tawaran pekerjaan yang menjanjikan gaji lebih tinggi namun gagal karena masih terikat kontrak. Saat itulah dia mendapat nasehat yang berharga *well, sebenarnya sudah agak sering denger kalimat ini* 'Banyak orang yang tersiksa karena apa yang mereka lakukan hanya karena uang. Akhirnya mereka hanya menjadi mesin atas hidup mereka. Pekerjaan memang selesai tapi tidak memberikan ruh terhadap apa yang mereka kerjakan. Hanya untuk kepentingan sendiri dan tidak dalam waktu lama." Tidak ada kebahagiaan, yang ada hanya kepuasan semu dan bersifat sementara. Mbak Matari ini kemudian mencari makna. Meluruskan kembali niat dalam bekerja : memberitakan kepada orang lain informasi yang terus berputar secepat mungkin. Agar semua orang tahu, agar semua orang mengerti akan apa yang terjadi di dunia, dan kemudian melakukan tindakan tindakan memperbaikinya. Alhasil, dalam waktu singkat, keberkahan demi keberkahan datang. Jualan laku, teman-teman baik yang mengikhlaskan uangnya, dan cinta. :)

Ada dua tokoh lain, Prama dan Awan, yang diceritakan juga sama sama mencari kebahagiaan dalam pekerjaannya. Dan akhirnya menemukan dengan cara yang berbeda. Awan mencari makna dengan mengikuti kata hatinya, keluar dari arus mainstream, menekuni hobi yang kurang diperhitungkan kebanyakan orang. Sedangkan Prama mencari makna dengan bersedekah (uang dan ilmu) dan mencari cinta. Sebenarnya ketiga tokoh ini saling membantu satu sama lain, saling mendengarkan, berbagi dan menguatkan. Ketika pada akhirnya mereka menemukan kebahagiaan, kebahagiaan tersebut memiliki makna yang sama. Makna yang berlabel, 'dedikasikan hidupmu untuk orang lain'.

Di epilog novel ini, mbak Adenita menulis, "Fase setelah lulus kuliah seperti menjadi sebuah tonggak sejarah yang penting dalam perjalanan hidup setiap orang, terutama seorang sarjana baru. Mencari pekerjaan yang pas, seperti halnya mencaari jodoh. Apalagi mencari pekerjaan yang berhubungan dengan passion, tujuan dan mimpi-mimpi hidup yang kadangkala menjadi bahan tertawaan orang lain."

"Semua orang di dunia ini butuh uang untuk bertahan hidup. Butuh uang untuk meraih impian mereka. Tapi uang bukan satu-satunya jalan untuk meraih semua itu. Bagaimana cara mendapatkan uang itu adalah cerita penting yang akan menjadi sebuah kekuatan bagi hati nuraniuntuk bisa merasakan dan mencium bahwa jalan menuju impian bisa diraih dengan cara yang terhormat dan menyenangkan. Banyak pilihan dan cara mendapatkan uang, apakah hanya mementingkan diri, memuaskan nafsu yang membumbung tinggi untuk memenuhinya? Tapi, dia yang memilih untuk mendapatkan uang dengan cara berkontribusi dan bermanfaat dengan orang lain adalah dia yang akan membuat hartanya tumbuh eksponensial."

Moto hidup yang bisa diambil dari buku ini adalah Hidupkan impian orang lain, tularkan energi dan memberi dengan kualitas! Do your best, let God do the rest. :)

*picture below is taking from the internet. Sadly my camera phone has broken. :(

Minggu, 12 Februari 2012

Sampang dan KKN : Sebuah Catatan

Kuliah Kerja Nyata (KKN) sebuah mata kuliah tiga sks yang benar-benar saya nantikan sejak dahulu. Mengapa? Karena kakak-kakak saya, sepulangnya bertugas dari daerah manapun itu, pasti selalu membawakan saya oleh-oleh cerita seru dan gila. Sehingga kemudian yang ada dalam mindset saya adalah KKN itu selalu gila dan saya suka hal-hal yang gila. Saya tak sabar menanti semester lima saya berakhir karena itulah waktu saya memulai cerita saya, cerita yang pasti tidak kalah seru dengan kakak-kakak saya. :D

Awalnya saya berekspektasi, sedikit berharap, bahwa nama Imaroh Mawaddah akan tercantum pada salah satu kelompok ekspedisi Bojonegoro. Bukan apa-apa. Tapi tempat seru yang diceritakan kakak-kakak saya itu kebanyakan di sana. Selain itu, kakak-kakak angkatan saya satu jurusan banyak yang ditempatkan di sana. Tapi lihat, pihak kampus menempatkan nama saya dimana! Sampang. Yang pertama saya rasakan waktu melihat hal tersebut adalah tidak percaya. Sumpah kon? Begitu sms saya pada salah satu teman yang saya tebengin melihat penempatan KKN.

Setelah mencak-mencak tidak karuan di kos, saya mencoba menerima tempat tujuan saya mengabdi tersebut. Alasan saya menolak KKN di Sampang bukanlah alasan yang seharusnya bisa diterima. Penolakan sejenak saya akan tempat itu lebih dikarenakan oleh opini beberapa orang yang men-judge penduduk Madura sebagai orang yang keras hati dan kasar. Belajar dari sebuah tragedi, saya mencoba tidak mengeneralisasi hal tersebut. Toh, teman-teman Madura saya di kampus bukan orang-orang seperti itu. Meskipun beberapa kejadian dengan sopir angkot yang orang Madura masih menyisakan perih di hati. Hehe. Selain itu, kendala bahasa, bayangan tempat serta orang-orang yang pure baru membuat Madura masih sedikit mengganjal di hati. Sedikit pembelaan hati kecil saya, bahwa hal-hal tersebut merupakan tantangan bukan hambatan, sedikit menjadi obat yang membuat saya memutuskan untuk maju terus. Go Sampang! XD

Seminggu pertama di Sampang, jujur, saya masih sulit beradaptasi. Baik dengan penduduk desa maupun dengan teman-teman saya senasib sepenanggungan. Di kampus saya terbiasa menjadi dominan, dalam artian saya terbiasa menyuruh dan membuat konsep. Bukan mengerjakan hal-hal berbau teknis. Satu hal lagi yang menyulitkan, saya terbiasa berada dalam lingkungan diskusi dan perbincangan dengan teman-teman sepikiran. Sehingga cukup sulit bagi saya untuk beradaptasi dan membaur dengan suasana baru yang cukup heterogen. Alhasil, perilaku saya jadi sedikit autis, asik dengan dunia saya sendiri.

Namun bergaul dengan manusia memang lebih mengasyikkan daripada bergaul dengan laptop dan segala tetek bengeknya, karena manusia memiliki sisi unik masing-masing yang tidak akan kita dapati pada materi lain. Mbak Sita yang agak lemot, Ulfa yang cara ngomongnya anak kecil banget, Mbak Dwi yang dunk dunk, Om Domi yang hebring, Chef Mbak Kiki, Dina yang tomboy, Papa Mas Amin, Indra yang autis, Mr. Silent Mas Fajar, Mr, Right Mas Riza, Mr. Perfume Mas Budi, Mbak Riska kembarannya temen kosku, Dipsi yang selalu dicari anak-anak kecil, Mas Yasir yang bocor, Jeje yang anak tunggal, dan Mas Dion yang cara jalannya aneh. Semua keunikan kalian membuat saya ingin sekali mengentri KKN sekali lagi. Ditambah lagi dunia Panyepen yang so sweet. Pemandangan yang indah, sawah yang subur, penduduk yang ramah, anak-anak yang semangat belajarnya perlu saya contoh sampai sapi yang cuma bisa mengembik dan kucing tukang mampir. Rugi sekali jika saya datang jauh-jauh dari Surabaya dan tidak bisa menikmati hal-hal tersebut. :D

Begitu saya berhenti mengeluh dan mulai menikmati semua jadi terasa indah. Saya sampai lupa dengan orang-orang kampus yang begitu saya rindukan di awal (maaf ya rek. ^^v). Ke pasar jadi favorit, semua guyonan terasa enjoyable, kontrakan yang di awal terasa parah jadi terlihat bagus, sampai-sampai asap rokok pun jadi sesuatu yang indah (bohong kalau ini). Buah keikhlasan saya membuahkan hasil, saya sungguh amat sangat bersyukur telah ditempatkan LPPM di Sampang, di Panyepen terutama, bersama orang-orang unik dan hewan-hewan yang aneh. Haha.

Dan juga mengenai sikap saya yang egois, sok tahu, tidak sopan, cenderung ceplas-ceplos, banyak omong, meremehkan banyak hal dan careless saya minta maaf. Mungkin ada beberapa pihak yang tersinggung dengan sikap saya tersebut, tolong jangan terlalu diambil hati. Bagi saya memang jujur itu harus. Jadi saya tidak pernah menutup-nutupi perasaan saya. Tapi ternyata menjaga omongan itu juga sangat diperlukan dalam bersosialisasi. Terima kasih ya teman untuk kritik dan sarannya, semoga bisa membangun diri lebih baik setelah ini. I miss you all. :)

-ini pas mengabdi mengajar anak anak SD-

-sebelum perkenalan dengan perangkat-

-bersama ibu kos-

 -ini entah kenapa fotonya ga bisa bener, tapi karena seru ditampilin aja-


Rabu, 21 Desember 2011

MASYARAKAT EKONOMI ASEAN : ANTARA SIAP DAN TIDAK

Setelah dipusingkan dengan kesiapan Indonesia menghadapi ASEAN-China Free Trade Arean (ACFTA), kali ini Indonesia kembali dihadapkan pada salah satu bentuk integrasi ekonomi yang lain, yaitu ASEAN Economic Community (AEC). Pada Bali Summit bulan Oktober 2003 lalu, para pemimpin ASEAN mendeklarasikan bahwa AEC seharusnya menjadi tujuan dari integrasi ekonomi regional 2020. Selain AEC, ASEAN Security Community dan ASEAN Socio-Cultural Community adalah dua kesatuan pilar yang menggambarkan ASEAN Community. Keseluruhan pilar tersebut diharapkan akan terwujud dalam satu wadah yang bernama ASEAN Community.

Konsep utama dari AEC atau Masyarakat Ekonomi ASEAN adalah menciptakan ASEAN sebagai sebuah pasar tunggal dan kesatuan basis produksi dimana terjadi free flow atas barang, jasa, faktor produksi, investasi dan modal serta penghapusan tarif bagi perdagangan antar negara ASEAN yang kemudian diharapkan dapat mengurangi kemiskinan dan kesenjangan ekonomi diantara negara-negara anggotanya melalui sejumlah kerjasama yang saling menguntungkan. Konsep tersebut diharapkan dapat membentuk kawasan ini lebih dinamis serta kompetitif dibanding kawasan lainnya melalui mekanisme dan pengukuran baru.

Sebagai kelanjutan rencana tersebut, ASEAN Economic Ministers Meeting (AEM) yang diadakan di bulan Agustus 2006 di Kuala Lumpur, Malaysia, para pemimpin ASEAN menyetujui pengembangan sebuah blueprint untuk memajukan AEC dengan mengidentifikasikan karakteristik dan elemen AEC 2015 yang konsisten dengan Bali Concord II. Blueprint ini berisikan rencana-rencana strategis pengimplementasian ASEAN Economic Community lengkap dengan target dan timeline yang jelas. Dalam blueprint Masyarakat Ekonomi ASEAN itu terdapat empat pilar pendekatan strategis. Yakni menuju pasar tunggal dan basis produksi, menuju wilayah ekonomi yang berdaya saing tinggi, menuju kawasan dengan pembangunan ekonomi yang seimbang, dan menuju integrasi penuh dengan ekonomi global. Dari empat pilar tersebut pun dibagi lagi menjadi beberapa elemen inti pengimplementasian. Untuk mengukur kesiapan semua pihak dalam mengadopsi pilar-pilar pelaksanaan AEC tersebut, dibuat semacam buku penilaian (AEC scorecard). Melalui buku penilaian tersebut tingkat pengimplementasian blueprint setiap anggota dapat dipantau.
Kesiapan Negara Anggota

Berbicara mengenai integrasi ekonomi ASEAN, pertanyaan yang muncul pertama adalah sudah siapkah?Meskipun AEC secara menyeluruh baru akan diterapkan pada tahun 2020, dalam artian saat ini masih dalam tahap persiapan, tetapi beberapa pihak meragukan kesiapan negara-negara ASEAN dalam menerapkan AEC. Mengapa? Usut punya usut ternyata keraguan tersebut lebih disebabkan oleh tingginya tingkat disparitas ekonomi antar negara-negara ASEAN. Semisal pendapatan perkapita, pendapatan perkapita paling tinggi diraih oleh Singapura dengan US$ 41 ribu sekian, sedangkan yang terendah dimiliki oleh Myanmar dengan hanya (jika dikomparasi dengan Singapura) US$ 468. Jika dihitung selisihnya sangat jauh, lebih dari US$ 40 ribu. Berikut adalah data GNI per capita negara ASEAN berdasarkan data World Bank terakhir (2010).


No Negara GNI/Capita (US$)
1 Filipina 2060
2 Kamboja 760
3 Vietnam 1110
4 Thailand 4150
5 Laos 1040
6 Malaysia 7760
7 Singapura 41430
8 Brunei 31800
9 Indonesia 2500
10 Myanmar 468

Para pemimpin ASEAN sendiri menyadari ketimpangan tersebut, karena itu penerapan AEC ini akan bertahap. Enam negara di ASEAN, yaitu Indonesia, Malaysia, Thailand, Singapura, Filipina, dan Brunei Darussalam, dianggap berada pada posisi yang siap dan akan mengimplementasikan AEC pada akhir tahun 2015. Sedangkan empat negara lain, yaitu Kamboja, Laos, Myanmar, dan Vietnam membutuhkan sedikit waktu tambahan. Pada tahun 2020 diharapkan seluruh anggota ASEAN dapat terintegrasi dalam satu wadah, yaitu AEC.

Selain disparitas, ada hal-hal lain yang juga membuat beberapa pihak meragukan kesuksesan AEC. Menurut Sanchita Basu Das, seorang pengamat dari Singapura, dalam mencapai target yang telah ditentukan membutuhkan kerjasama dan koordinasi antar berbagai sektor ekonomi. Setiap negara anggota harus bertindak harmonis antara kepentingan nasional dan regional guna memperkecil kesenjangan diantara mereka. Menurut dia, saat ini beberapa negara ASEAN masih belum menerapkan liberalisasi ekonomi secara penuh. Beberapa negara masih memberi proteksi pada sektor-sektor usaha tertentu, utamanya jasa. Selain itu, beberapa negara seperti Kamboja, Laos dan Myanmar memiliki perbedaan tingkat pembangunan insfrastruktur yang jauh dengan negara-negara ASEAN lain. Hal-hal tersebut tentunya akan menjadi batu hambatan besar dalam mengintegrasikan ekonomi ASEAN.

Selain itu, jika berkaca pada pembentukan dan penerapan Uni Ekonomi Eropa (UEE) yang memakan waktu kurang lebih dua puluh tahun, bisakah implementasi AEC benar-benar diterapkan pada tahun 2020? Menilik pada kondisi negara-negara Eropa yang memiliki corak ekonomi, politik, sosial dan budaya yang tidak terlalu berbeda jauh. Salah satu pilar utama pengimplementasian AEC adalah menuju kawasan dengan pembangunan ekonomi yang seimbang. Padahal berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan angka disparitas negara negara anggota ASEAN sangat tinggi.

Di sisi lain, ada beberapa pihak yang optimis akan penerapan AEC. Bagi Indonesia sendiri, merujuk pada AEC Scorecard, semua pilar sudah mencapai perkembangan di atas 99 persen. Lima negara di ASEAN lain, yakni Malaysia, Thailand, Singapura, Filipina, dan Brunei Darussalam, berada pada posisi yang siap. Sedangkan empat negara lainnya, yaitu Kamboja, Laos, Myanmar, dan Vietnam yang membutuhkan sedikit waktu tambahan khususnya untuk lebih mengonsolidasikan diri dalam AEC. Negara-negara tersebut sudah mengimplementasikan blueprint AEC hampir 98 persen, sehingga diharapkan pada 2017 sudah bisa terintegrasi secara penuh.



Selain itu, terkait proses pelaksanaan integrasi ASEAN, tujuh negara ASEAN, Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand, Filipina, Vietnam, dan Brunei Darussalam, akan melakukan uji coba penerapan ASEAN Single Window (ASW) pada 2012. Uji coba tersebut dilakukan selama 1 tahun untuk mengetahui sejauh mana sistem tersebut dapat diimplementasikan dan sekaligus dijadikan sebagai evaluasi untuk perbaikan-perbaikan di masa mendatang. Sedangkan bagi tiga negara yang lain, Kamboja, Laos, dan Myanmar, ASW merupakan sistem yang dapat digunakan untuk meningkatkan transparansi dan kecepatan dalam pelayanan ekspor-impor.

Pengimplementasian salah satu pilar AEC pun sudah mengalami kemajuan yang signifikan, yaitu pilar menuju pasar tunggal dan basis produksi. Berdasarkan data Kementrian Perindustrian dan Perdagangan Indonesia, saat ini tarif bea masuk saat ini di antara negara-negara ASEAN 99 persen sudah berada dalam posisi nol. Berdasarkan ATIGA, disepakati 54.467 pos tarif dinolkan bea masuknya atau 99,65% dari pos tarif barang yang diperdagangkan dalam AFTA untuk ASEAN-6 (Indonesia, Malaysia, Thailand, Filipina, Singapura, Brunei Darussalam). Termasuk di dalamnya makanan olahan.

Meskipun waktu menuju Masyarakat Ekonomi ASEAN tinggal empat tahun lagi, pihak-pihak yang optimistis, menyatakan bahwa meskipun Indonesia dan negara-negara ASEAN lainnya menyadari dan telah mengantisipasi bahwa 2015 tidak mungkin semuanya sempurna 100 persen. Sehingga, dalam rangka menuju AEC 2015, pihak-pihak yang bersangkutan tidak hanya berpikir bagaimana melangkah ke depan, melainkan juga mengonsolidasikan kekurangan-kekurangan apa yang terjadi selama ini.

Saya setuju dengan pernyataan Menteri Perdagangan RI yang mengatakan bahwa ketimpangan pertumbuhan antar negara harus dicegah, sehingga tidak ada satu negara yang tumbuh sangat pesat sementara lainnya sangat lamban. Tujuan dari integrasi ekonomi adalah bagaimana gap diperkecil. Ini benefit dari integrasi ekonomi dan harus dikejar. Mari menyebutkan, adanya kesenjangan tidak bisa dilihat dari produk masing-masing negara ataupun sektor-sektor usahanya, namun harus dilihat dari perkembangan ekonominya. "Anda bisa lihat Laos dan Myanmar mungkin yang paling underdeveloped dibanding Singapura. Ini sudah menunjukkan disparitas karena memang tingkat pembangunannya lain-lain," katanya. (Imaroh) - published in Mading Depan LPPM Sektor Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga