Translate

Minggu, 12 Februari 2012

Sampang dan KKN : Sebuah Catatan

Kuliah Kerja Nyata (KKN) sebuah mata kuliah tiga sks yang benar-benar saya nantikan sejak dahulu. Mengapa? Karena kakak-kakak saya, sepulangnya bertugas dari daerah manapun itu, pasti selalu membawakan saya oleh-oleh cerita seru dan gila. Sehingga kemudian yang ada dalam mindset saya adalah KKN itu selalu gila dan saya suka hal-hal yang gila. Saya tak sabar menanti semester lima saya berakhir karena itulah waktu saya memulai cerita saya, cerita yang pasti tidak kalah seru dengan kakak-kakak saya. :D

Awalnya saya berekspektasi, sedikit berharap, bahwa nama Imaroh Mawaddah akan tercantum pada salah satu kelompok ekspedisi Bojonegoro. Bukan apa-apa. Tapi tempat seru yang diceritakan kakak-kakak saya itu kebanyakan di sana. Selain itu, kakak-kakak angkatan saya satu jurusan banyak yang ditempatkan di sana. Tapi lihat, pihak kampus menempatkan nama saya dimana! Sampang. Yang pertama saya rasakan waktu melihat hal tersebut adalah tidak percaya. Sumpah kon? Begitu sms saya pada salah satu teman yang saya tebengin melihat penempatan KKN.

Setelah mencak-mencak tidak karuan di kos, saya mencoba menerima tempat tujuan saya mengabdi tersebut. Alasan saya menolak KKN di Sampang bukanlah alasan yang seharusnya bisa diterima. Penolakan sejenak saya akan tempat itu lebih dikarenakan oleh opini beberapa orang yang men-judge penduduk Madura sebagai orang yang keras hati dan kasar. Belajar dari sebuah tragedi, saya mencoba tidak mengeneralisasi hal tersebut. Toh, teman-teman Madura saya di kampus bukan orang-orang seperti itu. Meskipun beberapa kejadian dengan sopir angkot yang orang Madura masih menyisakan perih di hati. Hehe. Selain itu, kendala bahasa, bayangan tempat serta orang-orang yang pure baru membuat Madura masih sedikit mengganjal di hati. Sedikit pembelaan hati kecil saya, bahwa hal-hal tersebut merupakan tantangan bukan hambatan, sedikit menjadi obat yang membuat saya memutuskan untuk maju terus. Go Sampang! XD

Seminggu pertama di Sampang, jujur, saya masih sulit beradaptasi. Baik dengan penduduk desa maupun dengan teman-teman saya senasib sepenanggungan. Di kampus saya terbiasa menjadi dominan, dalam artian saya terbiasa menyuruh dan membuat konsep. Bukan mengerjakan hal-hal berbau teknis. Satu hal lagi yang menyulitkan, saya terbiasa berada dalam lingkungan diskusi dan perbincangan dengan teman-teman sepikiran. Sehingga cukup sulit bagi saya untuk beradaptasi dan membaur dengan suasana baru yang cukup heterogen. Alhasil, perilaku saya jadi sedikit autis, asik dengan dunia saya sendiri.

Namun bergaul dengan manusia memang lebih mengasyikkan daripada bergaul dengan laptop dan segala tetek bengeknya, karena manusia memiliki sisi unik masing-masing yang tidak akan kita dapati pada materi lain. Mbak Sita yang agak lemot, Ulfa yang cara ngomongnya anak kecil banget, Mbak Dwi yang dunk dunk, Om Domi yang hebring, Chef Mbak Kiki, Dina yang tomboy, Papa Mas Amin, Indra yang autis, Mr. Silent Mas Fajar, Mr, Right Mas Riza, Mr. Perfume Mas Budi, Mbak Riska kembarannya temen kosku, Dipsi yang selalu dicari anak-anak kecil, Mas Yasir yang bocor, Jeje yang anak tunggal, dan Mas Dion yang cara jalannya aneh. Semua keunikan kalian membuat saya ingin sekali mengentri KKN sekali lagi. Ditambah lagi dunia Panyepen yang so sweet. Pemandangan yang indah, sawah yang subur, penduduk yang ramah, anak-anak yang semangat belajarnya perlu saya contoh sampai sapi yang cuma bisa mengembik dan kucing tukang mampir. Rugi sekali jika saya datang jauh-jauh dari Surabaya dan tidak bisa menikmati hal-hal tersebut. :D

Begitu saya berhenti mengeluh dan mulai menikmati semua jadi terasa indah. Saya sampai lupa dengan orang-orang kampus yang begitu saya rindukan di awal (maaf ya rek. ^^v). Ke pasar jadi favorit, semua guyonan terasa enjoyable, kontrakan yang di awal terasa parah jadi terlihat bagus, sampai-sampai asap rokok pun jadi sesuatu yang indah (bohong kalau ini). Buah keikhlasan saya membuahkan hasil, saya sungguh amat sangat bersyukur telah ditempatkan LPPM di Sampang, di Panyepen terutama, bersama orang-orang unik dan hewan-hewan yang aneh. Haha.

Dan juga mengenai sikap saya yang egois, sok tahu, tidak sopan, cenderung ceplas-ceplos, banyak omong, meremehkan banyak hal dan careless saya minta maaf. Mungkin ada beberapa pihak yang tersinggung dengan sikap saya tersebut, tolong jangan terlalu diambil hati. Bagi saya memang jujur itu harus. Jadi saya tidak pernah menutup-nutupi perasaan saya. Tapi ternyata menjaga omongan itu juga sangat diperlukan dalam bersosialisasi. Terima kasih ya teman untuk kritik dan sarannya, semoga bisa membangun diri lebih baik setelah ini. I miss you all. :)

-ini pas mengabdi mengajar anak anak SD-

-sebelum perkenalan dengan perangkat-

-bersama ibu kos-

 -ini entah kenapa fotonya ga bisa bener, tapi karena seru ditampilin aja-


Tidak ada komentar:

Posting Komentar